(Bersama YABIMA Indonesia, Rumah Kawan, Metro Lampung)
Oleh: Stube HEMAT
Diskusi pertanian dianggap kurang menarik untuk anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa. Predikat sebagai petani masih menjadi domain para orang tua, bukan oleh anak-anak zaman sekarang ini. Lalu apakah dunia pertanian akan mati, tidak ada yang mengerjakan? Adakah harapan dari dunia pertanian untuk anak-anak muda zaman ini?
Diskusi
tentang potensi pertanian bagi generasi muda ini dilaksanakan di “Rumah Kawan”
yang merupakan kantor YABIMA Indonesia (Jumat, 26/03/2021) dengan diikuti 17 peserta yang terdiri dari pelajar,
mahasiswa dan pemuda gereja. Dipandu oleh team Yabima Indonesia, terdiri dari
Pdt. Eko Nugroho, M.Th, Dkn. Matius Serun, dan Pinarno Adi, dengan bentuk
berbagi pengalaman YABIMA Indonesia dalam kiprah pelayanannya di bidang
pertanian di Lampung.
Dalam proses diskusi, Pdt. Eko Nugroho mengajak peserta melakukan identifikasi terhadap gereja, seperti apa tugas gereja, untuk apa gereja ada, dan siapa yang mereka pahami tentang gereja. Banyak peserta menyebutkan bahwa gereja adalah tempat ibadah, gereja adalah orangnya bukan gedungnya. Apa yang harus dilakukan oleh orang yang disebut gereja itu? Umumnya menjawab: memberitakan Injil dan kabar baik kepada orang lain. Demikian juga dengan gereja yang bernama GKSBS, dipanggil untuk menjadi berkat dan membawa kabar sukacita kepada semua orang. Di bidang pertanian, Yabima Indonesia sampai saat ini telah mendampingi kurang lebih 60 kelompok tani, 4 organisasi massa, dan 8 koperasi yang tersebar di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Tulang Bawang, serta di Sumatera Selatan yaitu 2 desa di Muara padang Jalur 20 Kabupaten Banyuasin, dan 3 desa di Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagian besar pendampingan dilakukan untuk petani miskin di wilayah-wilayah terpencil dengan akses yang minim terhadap air bersih, sanitasi, dan kesehatan. Beberapa petani dilatih untuk menjadi kader-kader komunitas dalam bidang tertentu. Sampai saat ini telah ada 167 sukarelawan kesehatan ternak dan 20 kader pertanian organik.
Diaken
Matius Serun sebagai salah satu tenaga staf Yabima di bidang pertanian,
menyampaikan bahwa pendampingan harus terus dilakukan agar pekerjaan sebagai
petani menjadi pekerjaan yang lebih diminati terlebih di kalangan anak muda.
Pengalaman Diaken Serun ketika mendampingi petani adalah bahwa petani harus cerdas
dan mampu meminimalisir biaya pertanian, mampu melihat peluang kebutuhan masyarakat,
dan peluang harga yang tepat untuk meminimalisir kerugian. Sampai kapan pun
dunia pertanian tidak akan mati, bahkan akan terus menjadi kebutuhan yang utama.
Selanjutanya
Pinarno Adi sebagai salah satu staf Yabima Indonesia di bidang pertanian menyampaikan
perlu upaya mengubah cara pandang terhadap petani. Pertanian adalah pekerjaan mulia,
karena hasil-hasil kerjanya dibutuhkan semua orang di dunia ini. Dunia
pertanian masih sangat terbuka dan hal ini berbanding terbalik dengan semua profesi
pekerjaan di bidang lain karena profesi di luar pertanian semakin hari semakin
banyak peminatnya sementara peluang untuk bekerja sesuai bidangnya semakin
sempit. Pinarno Adi mengakhiri materinya dengan menyampaikan sekali lagi untuk
tidak melupakan pertanian, justru kembangkanlah pertanian karena itu adalah
pekerjaan yang mulia.***
Komentar
Posting Komentar